Konfegerensi GAAP ke IFRS
Kenapa Indonesia harus beralih
ke IFRS (International Financial Reporting Standard)? Apa sebenarnya
yang dimaksud dengan IFRS? Selama ini, dunia mengenal beberapa
standar akuntansi. Amerika Serikat, misalnya, yang skala perekonomiannya
terbesar di dunia, masih memakai US GAAP (Unites Stated General Accepted
Accounting Principles), juga FASB (Financial Accounting Standard Board).
Negara-negara yang tergabung di Uni Eropa, termasuk Inggris, menggunakan
International Accounting Standard (IAS) dan International Accounting Standard
Board (IASB). Indonesia setelah berkiblat ke Belanda, belakangan menggunakan
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang disusun oleh Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI). Mula-mula PSAK IAI berkiblat ke AS, dan nanti mulai 2012
beralih ke IFRS.
Munculnya IFRS tak bisa lepas
dari perkembangan global, terutama yang terjadi pada pasar modal. perkembangan
teknologi informasi (TI) di lingkungan pasar yang terjadi begitu cepat dengan
sendirinya berdampak pada banyak aspek di pasar modal, mulai dari model dan
standar pelaporan keuangan, relativisme jarak dalam pergerakan modal, hingga
ketersediaan jaringan informasi ke seluruh dunia.
Dengan kemajuan dan kecanggihan
TI pasar modal jutaan atau bahkan miliaran investasi dapat dengan mudah masuk
ke lantai pasar modal di seluruh penjuru dunia. Pergerakan mereka tak bisa
dihalangi teritori negara. Perkembangan yang mengglobal seperti ini dengan
sendirinya menuntut adanya satu standar akuntansi yang dibutuhkan baik oleh
pasar modal atau lembaga yang memiliki agency problem.
Di tiap kawasan, penyusunan
standar akuntansi selalu melalui tahapan-tahapan yang cukup panjang. Di AS,
misalnya, pada awalnya standar akuntansi ditentukan oleh masing-masing
manajemen perusahaan dengan pertimbangan yang membutuhkan standar tersebut
memang pihak manajemen. Era berganti, standar kemudian ditentukan kalangan
profesi yang tergabung dalam asosiasi. Pertimbangannya, pihak profesilah
yang bertugas menyusun dan mengaudit laporan keuangan. Barulah, yang mutakhir,
yang diacu adalah US GAAP yang dibuat oleh FASB. Saat ini, terdapat dua
kekuatan besar di bidang standar akuntansi, yaitu US-GAAP dan IFRS yang
sebelumnya dikenal sebagai International Accounting Standard Committee (IASC).
IASC dibentuk pada 1973 oleh
badan-badan atau asosiasi-asosiasi profesi dari negara-negara Australia,
Kanada, Perancis, Jerman, Jepang, Meksiko, Belanda, dan Inggris. Komite
ini kemudian menyepakati standar akuntansi internasional yang dikenal sebagai
IAS. Inilah yang menjadi cikal bakal munculnya IFRS. Agency Problem adalah
masalah jarak antara Principle dan agent yang dalam relasi
membutuhkan jembatan antara pemilik dan buruh atau pekerja yang disebut agency
relation, yaitu informasi. Informasi adalah berupa laporan tentang aset,
resources, dan lainnya yang berhubungan dengan keadaan perusahaan yang
dibuat oleh agent dan diserahkan kepada principles (pemilik).
Biaya yang dikeluarkan untuk menjaga hubungan baik antara principles dan
agent disebut agency cost. Fenomena inilah yang kemudian
mendorong International Accounting Standard Boards (IASC) melakukan percepatan
harmonisasi standar akuntansi internasional melalui apa yang disebut IFRS.
Sejarahnya pun cukup panjang dan
berliku. Pada 1982, International Financial Accounting Standard (IFAC)
mendorong IASC sebagai standar akuntansi global. Hal yang sama dilakukan
Federasi Akuntan Eropa pada 1989. Pada 1995, negara-negara Uni Eropa
menandatangani kesepakatan untuk menggunakan IAS. Setahun kemudian, US-SEC
(Badan Pengawas Pasar Modal AS) berinisiatif untuk mulai mengikuti GAS.
Pada 1998 jumlah anggota IFAC/IASC mencapai 140 badan/asosiasi yang tersebar di
101 negara. Akhirnya, pertemuan menteri keuangan negara-negara yang tergabung
dalam G-7 dan Dana Moneter Internasional pada 1999 menyepakati dilakukannya
penguatan struktur keuangan dunia melalui IAS. Pada 2001, dibentuk IASB sebagai
IASC. Tujuannya untuk melakukan konvergensi ke GAS dengan kualitas yang
meliputi prinsip-prinsip laporan keuangan dengan standar tunggal yang
transparan, bisa dipertanggung jawabkan, comparable, dan berguna bagi
pasar modal. Pada 2001, IASC, IASB dan SIC mengadopsi IASB. Pada 2002, FASB dan
IASB sepakat untuk melakukan konvergensi standar akuntansi US GAAP dan IFRS.
Langkah itu untuk menjadikan kedua standar tersebut menjadi compatible.
Memang, hingga saat ini IFRS
belum menjadi one global accounting standard. Namun standar ini telah
digunakan oleh lebih dari 150-an negara, termasuk Jepang, China, Kanada dan 27
negara Uni Eropa. Sedikitnya, 85 dari negara-negara tersebut telah mewajibkan
laporan keuangan mereka menggunakan IFRS untuk semua perusahaan domestik atau
perusahaan yang tercatat (listed). Bagi Perusahaan yang go
international atau yang memiliki partner dari Uni Eropa, Australia, Russia dan
beberapa negara di Timur Tengah memang tidak ada pilihan lain selain menerapkan
IFRS.
Proses yang panjang tersebut
akhirnya menjadi apa yang disebut IFRS, yang merupakan suatu tata cara
bagaimana perusahaan menyusun laporan keuangannya berdasarkan standar yang bisa
diterima secara global. Jika sebuah negara beralih ke IFRS, artinya
negara tersebut sedang mengadopsi bahasa pelaporan keuangan global yang akan
membuat perusahaan (bisnis) bisa dimengerti oleh pasar dunia. Namun, beralih ke
IFRS bukanlah sekedar pekerjaan mengganti angka-angka di laporan keuangan,
tetapi mungkin akan mengubah pola pikir dan cara semua elemen di dalam
perusahaan.
Alasan perlunya standar akuntansi internasional:
·
Peningkatan daya banding laporan
keuangan dan memberikan informasi yang berkualitas dpasar modal internasional
·
Menghilangkan hambatan arus modal
internasional dengan mengurangi perbedaan dalam ketentuan pelaporan keuangan.
·
Mengurangi biaya pelaporan keuangan
bagi perusahaan multinasional dan biaya untuk analisis keuangan bagi para
analis.
·
Meningkatkan kualitas pelaporan
keuangan menuju “best practise”.
Permasalahan yang dihadapi dalam impementasi dan adopsi IFRS
:
·
Translasi Standar Internasional
·
Ketidaksesuaian Standar Internasional
dengan Hukum Nasional
·
Struktur dan Kompleksitas Standar
Internasional
·
Frekuensi Perubahan dan Kompleksitas
Standar Internasional
1. Perbedaan GAAP dengan IFRS
US
GAAP menggunakan prinsip laba/rugi yang konservatif sedangkan IFRS menggunakan
prinsip laba rugi yang komprehensif
Berdasarkan
laporan laba rugi US GAAP, terdapat perbedaan antara penghasilan terealisasi
dari transaksi dan biaya histories yang terjadi dalam periode waktu, dengan
prinsip akrual, prinsip realisasi dan prinsip penandingan yang sudah diakui
oleh banyak studi empiris.
Namun
dengan perkembangan ekonomi, bermunculannya perusahaan perusahaan
multinasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, membuat
prinsip-prinsip dalam US GAAP terlalu konservatif untuk mengevaluasi suatu
operasi perusahaan dan biaya histories sudah tidak dapat menggambarkan keadaan
asset suatu perusahaan sebenarnya.
Oleh
karena itu muncul solusi baru untuk mengikuti perkembangan berbagai hal yang
menuntut arus informasi yang berkualitas berupa konsep laba rugi komprehensif
yang dapat menjawab semua pertanyaan tersebut.
Dengan
berkembangnya perekonomia, ilmu dan teknologi, serta perkembangan kebutuhan
informasi bagi stakeholder perusahaan maka laporan laba/rugi yang sudah diakui
secara general dirasa kurang relevan untuk memenuhi arus informasi keuangan.
Oleh karena itu ada sebuah konsep yang ditawarkan oleh IASB berupa laporan laba
rugi komprehensif yang dirasa dapat lebih memberikan gambaran secara menyeluruh
terhadap stakeholder.
Seiring
berjalannya waktu IASB dengan International Financial Reporting Standards
dimana di dalamnya terdapat konsep laba/rugi komprehensif yang nantinya akan
menggantikan laba/rugi konsep GAAP sudah mulai diakui secara internasional.
2. Perkembangan Konvergensi PSAK ke
IFRS
Sesuai dengan roadmap konvergensi
PSAK ke IFRS (International Financial Reporting Standart) maka saat ini
Indonesia telah memasuki tahap persiapan akhir (2011) setelah sebelumnya
melalui tahap adopsi (2008 – 2010). Hanya setahun saja IAI (Ikatan Akuntan
Indonesia) menargetkan tahap persiapan akhir ini, karena setelah itu resmi per
1 Januari 2012 Indonesia menerapkan IFRS.
Berikut konvergensi PSAK ke IFRS
yang direncanakan Dewan Standar Akuntansi Keuangan(DSAK) IAI:
Tahap Adopsi (2008-2010)
|
Tahap Persiapan Akhir (2008-2010)
|
Tahap Implementasi (2008-2010)
|
Adopsi seluruh IFRS ke PSAK
|
Penyelesaian persiapan Infrastruktur yang diperlukan
|
Penerapan PSAK berbasis IFRS secara bertahap
|
Persiapan infrastruktur yang diperlukan
|
Penerapan secara bertahap beberapa PSAK berbasis IFRSa
|
Evaluasi dampak penerapan PSAK secara komprehensif
|
Evaluasi dan kelola dampak adopsi terhadap PSAK yang
berlaku
|
3.
Perbandingan PSAK dengan IFRS
Jika kita bandingkan antara semua
standar akuntansi yang dimiliki Indonesia dengan IFRS, dengan jelas kita
temukan perbedaan kuantitas sebagai berikut:
PSAK
|
IFRS
|
43 Standart (PSAK)
|
37 Standart
|
8 Syari’ah Standart
|
8 IFRS
|
11 Interpretation (ISAK)
|
29 IAS
|
4 Tecnical Bulletins
|
27 Interpretations
|
1 SAK ETAP (Entitas Tanpa
Akuntabilitas Publik/UKM)
|
16 IFRIC Interpretation
|
11 SIC
|
Di Indonesia juga
masih terdapat Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) yang masih mengacu pada PSAK
lama. Kemungkinan besar setelah konvergensi PSAK ke IFRS akan menyusul
perubahan pada SAP.
Tidak semua
standar IFRS tersebut diatas dicontek habis dan dirubah menjadi PSAK, itulah
mengapa IAI memilih konvergensi dari para adaption dan adoption.
Sedikit gambaran saja untuk membedakan ketiga istilah tersebut saya jelaskan
dalam tabel berikut:
Perbedaan
|
Adaption
|
Convergence
|
Full Adoption
|
Arti
harafiah
|
Adaptasi/Penyelarasan
|
Pertemuan
pada suatu titik
|
Adopsi/pemakaian
|
Standart
akuntansi
|
Membuat
standar yang benar benar baru
|
Membuat
standar baru dengan mempertimbangkan keadaan yang berlaku
|
Mentranslet
standar lama menjadi standar baru
|
Contoh
negara
|
Indonesia
sebelum IFRS
|
Indonesia
setelah 2012
|
Australia,
Hongkong
|
3.1 Ada tiga perbedaan mendasar
IFRS Convergence telah membawa
dunia accounting ke level baru, yaitu:
1.
PSAK yang semula
berdasarkan Historical Cost mengubah paradigmanya menjadi Fair
Value based.
Terdapat kewajiban dalam
pencatatan pembukuan mengenai penilaian kembali keakuratan berdasarkan nilai
kini atas suatu aset, liabilitas dan ekuitas. Fair Value based mendominasi
perubahan-perubahan di PSAK untuk konvergensi ke IFRS selain hal-hal lainnya.
Sebagai contoh perlunya di lakukan penilaian kembali suatu aset, apakah
terdapat penurunan nilai atas suatu aset pada suatu tanggal pelaporan. Hal ini
untuk memberikan keakuratan atas suatuatas suatu laporan keuangan.
2.
PSAK yang semula
lebih berdasarkan Rule Based (sebagaimana USGAAP) berubah
menjadi Prinsiple Based.
Apa itu Rule Based?
Rule based adalah manakala segala sesuatu
menjadi jelas diatur batasan batasannya. Sebagai contoh adalah manakala sesuatu
materiality ditentukan misalkan diatas 75% dianggap material dan
ketentuan-ketentuan jelas lainnya.
Apa itu Prinsiple Based?
IFRS menganut prinsip prinsiple
based dimana yang diatur dalam PSAK update untuk mengadopsi IFRS adalah
prinsip-prinsip yang dapat dijadikan bahan pertimbagan Akuntan / Management
perusahaan sebagai dasar acuan untuk kebijakan akuntansi perusahaan.
3.
Pemutakhiran (Update)
PSAK untuk memunculkan transparansi dimana laporan yang dikeluarkan untuk
eksternal harus cukup memiliki kedekatan fakta dengan laporan internal. Pihak
perusahaan harus mengeluarkan pengungkapan pengungkapan (disclosures)
penting dan signifikan sehingga para pihak pembaca laporan yang dikeluarkan ke
eksternal benar-benar dapat menganalisa perusahaan dengan fakta yang lebih
baik.
3.2
Perbedaan Spesifik antara IFRS dengan US GAAP
Perbedaan terbesar antara US GAAP
dan IFRS adalah bahwa keseluruhan menyediakan kurang detail. panduan tentang
pengakuan pendapatan, misalnya, secara signifikan lebih kecil dari GAAP luas.
IFRS juga mengandung relatif sedikit instruksi spesifik industri.
Karena
proyek yang sudah berjalan lama konvergensi antara IASB dan FASB, sejauh mana
perbedaan spesifik antara IFRS dan GAAP telah mengecil.. Namun perbedaan yang
signifikan lakukan tetap, paling salah satu dari yang dapat menghasilkan hasil
yang dilaporkan sangat berbeda, tergantung pada perusahaan industri dan
individu fakta-fakta dan keadaan.Contoh:
• IFRS tidak mengizinkan Last In, First Out (LIFO).
• IFRS menggunakan metode langkah tunggal untuk write-downs kerusakan daripada langkah kedua metode yang digunakan dalam US GAAP, membuat write-downs lebih mungkin.
• IFRS memiliki batas probabilitas yang berbeda dan pengukuran objektif untuk kemungkinan.
• IFRS tidak mengizinkan Last In, First Out (LIFO).
• IFRS menggunakan metode langkah tunggal untuk write-downs kerusakan daripada langkah kedua metode yang digunakan dalam US GAAP, membuat write-downs lebih mungkin.
• IFRS memiliki batas probabilitas yang berbeda dan pengukuran objektif untuk kemungkinan.
•
IFRS tidak mengizinkan utang untuk pelanggaran perjanjian yang telah terjadi
harus diklasifikasikan sebagai non-arus pengabaian kecuali kreditur diperoleh
sebelum tanggal neraca.
Kerangka konseptual pelaporan
keuangan yang kita kenal selama ini sebagaimana yang diadopsi dalam buku ajar
di kampus-kampus adalah kerangka konseptual berdasarkan USGAAP. Sejalan dengan
konvergensi International Financial Reporting Standar (IFRS) kedalam Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK), mau tidak mau kita harus merubah mindset
kita mengikuti kerangka konseptual IFRS tersebut.
Ada beberapa perbedaan dasar
antara kedua standar tersebut sebagaimana dijelaskan dalam tabel-tabel dibawah
ini. Pada dasarnya batang tubuh kerangka konseptual tersebut masih sama, yaitu
level 1: tujuan laporan keuangan, level 2: karakteristik kualitatif dan element
laporan keuangan, dan level 3: Asumsi dasar, Prinsip dan kendala.
Berikut adalah Perbedaan
keduanya:
Level
1: Tujuan Laporan Keuangan:
US GAAP
|
IFRS
|
·
Menyediakan
informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan investasi
dan kredit.
|
·
Menyediakan
informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi
keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna
dalam pengambilan keputusan ekonomi.
|
·
Menyediakan
informasi yang berguna untuk memprediksi jumlah, waktu, dan
ketidakpastian arus kas masa depan perusahaan
|
·
Pengguna
adalah investor, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditor usaha
lainnya, pelanggan, pemerintah dan masyarakat.
|
·
Menyediakan
informasi tentang sumber daya ekonomi, klaim terhadap sumber
daya tersebut, dan perubahan terhadap keduanya.
|
Level 2: Karakteristik Kualitatif
Informasi Akuntansi
US GAAP
|
IFRS
|
Relevan
– terdiri dari:
·
Nilai
prediksi – membantu pengguna memprediksi hasil dari kejadian masa lalu, saat
ini dan masa depan.
·
Nilai
umpan balik – membantu pengguna mengkonfirmasi dan membetulkan nilai prediksi
sebelumnya.
·
Tepat
waktu – tersedia sebelum kehilangan kapasitas untuk
·
mempengaruhi
keputusan
|
Relevan
– terdiri dari:
·
Nilai
prediksi
·
Nilai
konfirmasi
·
Materialitas
|
Dapat
dipercaya – terdiri dari:
·
Disajikan
dengan jujur
·
Netral
·
Dapat
diferivikasi
|
Dapat
dipercaya – terdiri dari:
·
Disajikan
dengan jujur
·
Netral
·
Substansi
mengungguli bentuk
·
Kehati-hatian
(dimana ada ketidakpastian, kesalahan dalam menyediakn informasi dan menjamin
adanya konservatisme.
·
Kelengkapan
|
Dapat dibandingkan
|
Dapat dibandingkan
|
Konsisten
|
Level 2: Element Laporan Keuangan
US GAAP
|
IFRS
|
Aset
Kewajiban
Ekuitas
Investasi
pemilik
Distribusi
kepada pemilik
Laba
komprehensif
Pendapatan
Keuntungan
Beban
Kerugian
|
Aset
Kewajiban
Ekuitas
Pemeliharaan
modal (diperoleh dari revaluasi asset dan kewajiban)
Laba
(Pendapatan dan keuntungan)
Beban
(beban dan kerugian)
|
Level 3: Pengakuan dan pengukuran
– Asumsi dasar
US GAAP
|
IFRS
|
1.
Kelangsungan
usaha
2.
Entitas
ekonomi
3.
Unit
moneter
4.
Periodisitas
|
1.
Kelangsungan
usaha
2.
Basis
akrual
|
Level 4: Pengakuan dan pengukuran
– Prinsip
US GAAP
|
IFRS
|
1.
Biaya
historis
2.
Pengakuan
pendapatan
3.
Kesesuaian
4.
Pengungkapan
penuh
|
1.
Biaya
historis
2.
Biaya
sekarang (apa yang harus dibayar hari ini untuk mendapatkan aset. Ini sering
diperoleh dalam penilaian yang sama dengan nilai wajar)
3.
Nilai
realisasi (jumlah kas yang dapat diperoleh saat ini jika asset dilepas
4.
Nilai
wajar
5.
Pengakuan
pendapatan
6.
Pengakuan
beban
7.
Pengungkapan
penuh
|
Level 5: Pengakuan dan pengukuran
– Kendala
US GAAP
|
IFRS
|
1.
Biaya dan manfaat
2.
Materialitas
3.
Praktik Industri
4.
Konservatisme
|
1.
Keseimbangan
antara biaya dan manfaat
2.
Tepat
waktu
3.
Keseimbangan
antara karakteristik kualitatif
|
Sebagaimana diatur
dalam IAS 32 & 39 dan IFRS 7 & 9, maka secara ringkas dapat dilihat p
ada perbedaan dan
persamaan IFRS dengan GAAP, yaitu sebagai berikut:
1. IFRS dan
GAAP untuk debt securities memiliki perlakuan akuntansi yang sama
2. IFRS dan GAAP
menggunakan pengujian yang sama untuk menentukan apakah methode equity
digunakan yaitu berdasarkan pengaruh yg signifikan dg patokan lebih
dari 20%
kepemilikan.
3.
Reklasifikasi securities adalah sama antar keduanya.
4. Dasar
konsolidasi, IFRS dan GAAP mendasarkan pada persentasi kepemilikan (50%)
5. IFRS dan
GAAP sama dalam akuntansi untuk pemilihan Fair Value yaitu pilihan
menggunakan fair value harus dilakukan
di awal pengakuan.
6. GAAP tidak
mengizinkan reversal untuk beban impairment yang telah terjadi untuk
“available for sale debt and equity
securities”.
7. IFRS tidak
mengizinkan hal yg sama untuk “available for sale equity ”, namun
mengizinkan reversal untuk “available
for sale debt securities” dan “held-tomaturity securities”.
Contoh Laporan Keuangan
Berikut adalah contoh
penyajian laporan keuangan setelah IFRS:
Year ended
31 December
Note 2010 2009
Continuing operations
Revenue 5 211,034 112,360
Cost of sales (77,366) (46.682)
Gross
profit 133,668 65,678
Distribution
costs (52,140) (21,213)
Administrative
expenses (28,778) (10,426)
Other
income 27 2750 1,259
Other
(losses)/gains - net 26 (90) 63
Loss
on expropriated land 28 (1,117) -
Operating
profit' 54,293 35,361
Finance
income 31 1,730 1,609
Finance
costs 31 (8,173) (12,197)
Finance costs - net 31 (6,443) (10,588)
Share of poss)Jprofit of
associates 8(b) (174) 145
Profit
before income tax 47,676 24,918
Income
tax expense 32 (14,611) (8,670)
Profit
for the year from continuing operations 33,065 16.248
Discontinued operations
Profit for the year from
discontinued operations 16 100 120
Profit
for the year 33,165 16,368
Profit attributable to:
Owners
of the parent 30,617 15,512
Non-controling
interest 2,548 856
33,165 16,368
REFERENSI
(Diakses
pada hari Senin, 26 September 2011)
Sumber:
Akuntan Indonesia, edisi no 17, Juni, 2009.
(Diakses
pada hari Senin, 26 September 2011)
Oleh
: Harry Andrian Simbolon, SE., M.Ak., QIA
(Diakses
pada hari Senin, 26 September 2011)
(Diakses
pada hari Senin, 26 September 2011)
(Diakses
pada hari Senin, 26 September 2011)
(Diakses
pada hari Senin, 26 September 2011)
Sumber: Akuntan Indonesia, edisi no 17, Juni, 2009