Selasa, 17 Mei 2011

Alasan kenapa Blackberry laris di indonesia

Sudah tidak bisa dipungkiri, Blackberry memang benar-benar mewabah di Indonesia. Bahkan menurut saya, syndrome smartphone asal Kanada dengan keypad khasnya ini boleh dibilang sudah berhasil mengalahkan wabah flu babi yang sempat panas beberapa bulan lalu. Bedanya jelas, wabah flu babi sungguh negatif nan desktruktif sementara wabah Blackberry sebaliknya.

Di lain pihak, iPhone 3G dan iPhone 3Gs – smartphone asal Paman Sam yang digadang-gadang akan memberangus kedigdayaan Blackberry di Indonesia – ternyata belum bisa berbicara banyak. Di hari pertama atau bulan pertama peluncurannya, si primadona layar sentuh memang sempat bikin ramai jagat gadget Indonesia – sesuatu yang juga lumrah di belahan dunia lain. Tapi setelah periode itu habis, desing kemolekan iPhone lambat laun tertelan hingar bingar BB.

Tapi bagaimana dengan penantang lain selain iPhone? Hasilnya sama saja. Blackberry tetaplah juara. Tidak peduli varian BB apapun yang diluncurkan oleh RIM, orang-orang Indonesia ramai menyerbu dan membelinya. Dan kalaulah boleh saya mendaftar, berikut beberapa alasan kenapa Blackberry tampak begitu manis di mata orang-orang Indonesia.

1. Blackberry masuk duluan

Kalau alasan ini memang valid, seharusnya Palm yang mewabah di Indonesia, bukannya BB. Tapi di era interkonektivitas, jalan ceritanya menjadi berbeda. Bagi orang Indonesia, Palm adalah PDA, sementara BB adalah smartphone. Dan tampaknya orang Indonesia sudah tidak perlu lagi PDA. Hahaha … hari gini.

Dengan fitur pembunuhnya, push email, BB mampu memikat kalangan menengah ke atas yang saat itu memang sedang mencari sebuah perangkat “kecil” yang bisa menghubungkannya dengan dunia maya, tapi bukan laptop. Dan BB ternyata berhasil. Banyak orang Indonesia yang memuji alih-alih mencibirnya. Dan ini bertahan sampai sekarang.

2. Blackberry “terbuka”

BB saya sebut “terbuka” karena RIM membebaskan semua operator selular di Indonesia untuk berkreasi guna mengambil sebanyak mungkin manfaat dari gadget terbaiknya. Tidak pelak, tawaran-tawaran fantastis dari operator-operator seluler ternama negeri ini terkadang membuat banyak orang yang tadinya hanya menggunakan ponsel-ponsel mainstream seperti Nokia c.s. menjadi pengguna BB setia. Dan hasilnya sangat luar biasa. Kalau tidak percaya tanya saja sama CEO-nya Telkomsel, Indosat, dan XL.

obama-blackberry

3. Blackberry sering jadi headline

Kasus pertama

Mungkin karena jumlah permintaan yang jauh melebihi persediaan, beberapa oknum pengusaha ponsel sampai ada yang pernah ketahuan mengimpor ribuan BB dalam kontainer secara ilegal dari luar negeri. Dan ini bukanlah kasus yang remeh bagi wartawan, baik yang bekerja untuk media cetak maupun elektronik.

Kasus kedua

Sudah lupa masyarakat kita dengan drama penyelundupan BB, kali ini BB bikin heboh lagi. Depkominfo, selaku lembaga yang berwenang dalam perlindungan konsumen atas produk-produk IT, meminta pengusaha untuk menghentikan impor BB ke Indonesia jika RIM enggan membuka authorized dealer dan service center. Well, RIM adalah perusahaan yang pintar. Jadi akhirnya mereka mau mengalah.

4. Blackberry terlalu sering muncul di sinetron dan infotainment

Pernahkah anda memperhatikan ponsel yang sering diangkat-angkat oleh Manohara dalam jumpa pers ketika sang mantan tuan putri ini hendak menunjukkan bekas luka penganiayaan yang diterimanya akibat ulah suaminya? Yoa, itu adalah BB.

Sewaktu Indonesia dihebohkan dengan drama ala dongeng Cindrelella ini, apapun ponsel yang dipakai sang tuan putri akan menjadi kesohor. Dan BB sebaiknya mengirimkan kartu ucapan terima kasih kepada Manohara atas ulahnya pada saat jumpa pers tempo hari.

5. Blackberry tidak lagi mahal

BB tidak lagi mahal karena penjualnya banyak. Pun demikian dengan stoknya. Di samping itu, seorang pengguna BB sudah bisa menikmati paket layanan telekomunikasi hanya dengan biaya Rp 3000 sampai Rp 5000 untuk satu hari per sekian MB data. Guys, is this cheap?

6. Pecinta Blackberry punya banyak komunitas

Kalau di Yogya ada perkumpulan yang disebut JogjaBerry dan Jogja Blackberry Community (JBC). Entah bagaimana dengan kota Anda tapi yang jelas antusiasme komunitas BB mungkin hanya bisa ditandingi oleh para ontelis atau biker yang biasanya tergabung dalam komunitas-komunitas ala Bike to Work dan sejenisnya.

Sama seperti sepeda, pengguna BB akan terus bertambah seiring dengan bertambahnya jumlah komunitas penggemar. Di era social media seperti ini, saran dari seorang peer adalah prioritas. Iklan sudah tidak lagi banyak berpengaruh. Masih ingatkah Anda terakhir kali RIM mengiklankan BB versi awal di TV-TV swasta nasional?

7. Tiruan Blackberry banyak dan murah meriah

Ketika para selebritis dan pejabat ramai menggunakan BB, rakyat jelata biasanya ingin ikut-ikutan. Dengan harga selangit, kaum marjinal hanya bisa bermimpi memakai gadget sekelas BB. Tapi syukur tak dapat ditolak, para vendor ponsel lokal sadar akan hal ini, lantas dengan semangat mereka meluncurkan species-species baru berakhiran Berry seperti NexianBerry, SPC Berry, e Touch Berry, Beyond Berry, dan sebagainya. [cek theponsel.com untuk daftar ponsel-ponsel cina dan lokal yang meniru BB]

Sebenarnya tidak hanya vendor lokal yang bersenang-senang dengan demam BB, vendor-vendor ternama pun ikut arus. Sebut saja Nokia dengan seri E71 dan E72, Samsung Corby TXT, Moto Q, dan banyak lagi lainnya. Yah, those BB-ish.

Satu-satunya vendor ponsel mainstream yang saya anggap belum mau mengeluarkan ponsel BB-ish adalah Sony Ericcsson. Ada apa dengan SE? Mungkin kah mereka gengsi karena merasa Satio lebih powerful. Sama seperti Apple kah?





sumber gadnix.com

1 komentar:

  1. kenapa ya orang2 indonesia itu tidak dapat melihat sesuatu itu dari fungsinya, kan pertimbangan seseorang utk membeli smartphone dikarenakan fitur yg di usung smartphone itu, bukan malah hal lain

    BalasHapus